“Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna,
kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap.
Tahapan-tahapan itu antara lain : tobat, sabar, faqir, zuhud, tawakal,
cinta, makrifat dan ridha. Karena itu seseorang yang mempelajari
tasawuf wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara itu, hati adalah
cermin yang sanggup menangkap makrifat. Dan kesanggupan itu terletak
pada hati yang suci dan jernih.”
"Berbicara tentang nasihat, kulihat diriku tak pantas untuk
memberikannya. Sebab, nasihat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan
untuk memetik nasihat itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang belum
mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat ? Dan seorang
yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat
penerang oleh orang lain? Bagaimana bayangan akan lurus jika kayunya
bengkok ? Allah swt mewahyukan kepada 'Isa bin Maryam AS :
"Nasihatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasihat, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku".
"Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati
dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia
memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam
bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid
dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan
menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru
semacam ini langka.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati
yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan
temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta
semua aib batin dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya.
Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik,
orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab
pandangan yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan
seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang
sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih
banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan
aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan
musuh-musuhnya dan mengangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi,
orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari
berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela
seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat
tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya.
Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat
aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.
"Renungkanlah pendeknya umurmu. Andaikata engkau berumur seratus
tahun sekalipun, maka umurmu itu pendek jika dibandingkan dengan masa
hidupmu kelak di akhirat yang abadi, selama-lamanya.
Coba renungkan, agar dapat beristirahat ( pensiun )selama dua puluh
tahun, dalam satu bulan atau setahun engkau sanggup menanggung
berbagai beban berat dan kehinaan di dalam mencari dunia. Tetapi
mengapa engkau tidak sanggup menanggung beban ibadah selama beberapa
hari demi mengharapkan kebahagiaan abadi di Akhirat nanti?
Jangan panjang angan-angan, engkau nanti akan berat untuk beramal.
Yakinilah bahwa tak lama lagi engkau akan mati. Katakana dalan hatimu :
Pagi ini aku akan beribadah meskipun berat, siapa tahu nanti malam
aku mati. Malam ini aku akan sabar untuk beribadah, siapa tahu besok
aku mati.
Sebab, kematian tidak datang pada waktu, keadaan dan tahun tertentu.
Yang jelas ia pasti dating. Oleh karena itu, mempersiapkan diri
menyambut kedangan maut lebih utama daripada menpersiapkan diri
menyambut dunia. Bukankah kau menyadari betapa pendek waktu hidupmu di
dunia ini? Bukankah bisa jadi ajalmu hanya tersisa satu tarikan dan
hembusan napas atau satu hari?
Setiap hari lakukanlah hal ini dan paksakan dirimu untuk sabar
beribadah kepada Allah swt. Andaikata engkau ditakdirkan untuk hidup
selama lima puluh tahun dank au biasakan dirimu untuk sabar beribadah,
nafsumu tetap akan berontak, tetapi ketika maut menjemput kau akan
berbahagia selama-lamanya. Tetapi, ketika engkau tunda-tunda dirimu
untuk beramal, dan kematian datang di waktu yang tidak kau perkirakan , , ,
0 comments:
Post a Comment